Murid Pindahan yang Datang Tak Diundang, Pulang Tak Diantar
Jam delapan malam, itulah waktu ketika aku bermain game online bersama teman-temanku setelah seharian capek sekolah. Aku suka sekali bermain game online hingga kadang aku lupa melakukan kewajibanku sebagai siswa yaitu belajar. Namun malam ini berbeda, aku sama sekali tidak bermain game, yang terlintas dipikiranku hanyalah seorang perempuan yang menabrakku di sekolah. Aku belum pernah melihatnya di sekolah sebelumnya. Ia sangat cantik sampai-sampai aku lupa untuk menanyakan siapa namanya.
Keesokan harinya, aku bergegas pergi menuju sekolah. Sekolah SMA ku tempatnya tidak jauh dari rumahku. Meskipun begitu, kadang aku sering sekali telat datang ke sekolah dengan alasan bangun kesiangan.
Bel berbunyi, waktunya pelajaran dimulai. Namun, aku dikejutkan dengan satu hal. Tenyata, orang yang menabrakku kemarin adalah murid pindahan yang hari ini duduk di kelasku. Aku senang sekali karena aku bisa bertemu dengannya lagi. Ia bernama Tania, anak tunggal dari seorang guru baru di sekolahanku.
Setelah pulang sekolah, aku langsung bermain game sambil membantu ibuku menjaga toko. Saat itu ia sedang membeli sebuah peralatan sekolah di toko ibuku. Tanpa aku sadari ia melihat dan menyapaku ketika aku bermain game. Namun, aku tidak begitu memperdulikannya dan terus fokus bermain game. Maklum anak muda yang kalo lagi maen game telinganya suka dikasih busa headset hehe.
Malam harinya, tiba-tiba aku mendapat pesan dari nomor yang tidak aku kenal. Ia ternyata adalah Tania. Entah bagaimana ia mendapatkan nomorku, yang jelas aku merasa senang. Ia mengajakku bermain game bersama karena ia juga menyukai game yang biasanya aku mainkan. Dari situlah aku dan dia berteman baik.
Hari demi hari berlalu, aku semakin dekat dengannya. Tanpa kusadari mungkin aku menyukainya. Namun perasaan itu tidak aku pedulikan. Aku hanya memikirkan untuk berteman dengannya saja.

Setelah dua bulan berlalu, aku semakin yakin bahwa aku memiliki perasaan khusus kepadanya. Hari itu pun aku berencana untuk menyatakan perasaanku kepadanya di sekolah. Setelah aku menunggunya beberapa jam hingga bel berbunyi, ia tidak kunjung datang juga. Aku bertanya kepada temanku yang duduk di sebelahnya. Namun temanku juga tidak tahu kenapa ia tidak masuk sekolah hari ini. Tak lama kemudian, ada pengumuman bahwa salah satu guru di SMA ku pindah sekolah. Guru tersebut tenyata adalah ibunya Tania. Saya bersama teman-teman kemudian berpamitan dengan guru itu meskipun aku hanya di ajar kurang lebih dua bulan. Hari itu pun juga aku mengurungkan niatku untuk menyatakan perasaanku.
Keesokan harinya, aku berencana menyatakan perasaanku lagi. Bel sekolah berbunyi, namun ia tak kunjung datang juga. Aku merasa ada masalah yang dialami oleh Tania. Setelah pulang sekolah, aku bergegas menuju ke rumahnya. Setelah sampai di rumahnya, tenyata ia sudah pindah bersama ibunya ke tempat ibunya mengajar yang berada di Jakarta. Hari itupun aku sedih dan merasa kecewa karena ia pergi tanpa meninggalkan satu kata pun. Mengingatkan aku pada film hantu yang judulnya "Datang Tak Diundang, Pulang Tak Diantar".
Hari demi hari aku lalui, aku merasa malas untuk pergi ke sekolah. Aku mencoba untuk melupakannya dengan cara bermain game. Namun hal itu sia-sia. Semakin aku bermain game, aku makin terus memikirkannya. Hatiku hancur seperti petasan yang sedang meledak.
Aku selalu memikirkannya setiap malam hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk melupakannya meskipun hatiku terasa sakit. Mungkin ini adalah jalan aku untuk menjadi orang yang tangguh dan menerima kenyataan. Ia juga tidak bisa memaksakan ibunya untuk mengajar di sekolahku. Ibunya ditugaskan di jakarta, jadi ia juga harus ikut karena ia adalah anak satu-satunya.
Keesokan harinya aku pergi ke sekolah. Aku memutuskan untuk rajin belajar karena kurang beberapa minggu lagi ada tes ujian nasional. Aku membuat jadwal belajar yang padat agar nilai ujian aku memuaskan. Tidak kaya kemarin-kemarin yang selalu di bawah angka lima. Dua minggu setelah ujian selesai akhirnya nilainya keluar. Aku langsung buru- buru melihatnya, karena aku ingin tahu seberapa besar kemampuanku untuk masuk ke kuliah favoritku.
Setelah lulus SMA dengan nilai yang cukup memuaskan, aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah di universitas favoritku di yogyakarta. Aku mengambil jurusan memasak karena dari SMP aku suka sekali memasak.
Aku bertemu banyak teman, biasanya aku sering diajak nongkrong teman-temanku di kafe dekat tempat kuliahku sambil bermain game bersama.
Aku di jogja tinggal bersama pamanku. Saat tidak kuliah, biasanya aku membantu pamanku mengelola restorannya yang kebetulan ada di dekat tempat tinggalku.
Setelah lulus kuliah, pamanku menyuruhku berkerja direstorannya karena saat itu restorannya sedang membutuhkan seorang koki. Kurang lebih dua tahun bekerja, aku memutuskan pulang ke tempat kampung halamanku dan mendidirikan sebuah restoran kecil-kecilan.
Setelah beberapa bulan aku menjalankan usaha restoran, usahaku sering mengalami kerugian hingga pada saatnya aku berpikir bahwa, aku harus bersyukur dan menerima kenyataan yang ada di depan mata meskipun itu sangat menyakitkan.
(Cerpen karya Chiko)
Cerpen akan tayang setiap hari Rabu. Mau kirim cerpenmu? Kamu bisa kirim melalui kontak yang telah disediakan.